Video: Bukti Simpanse & Orangutan Bisa Berenang

Simpanse dan orangutan bisa berenang serta menyelam (Foto: Softpedia)

CALIFORNIA – Hingga kini, para ilmuwan meyakini, kera tidak dapat berenang. Kalaupun mereka berani menceburkan dirinya ke dalam air, maka tidak membutuhkan waktu lama untuk tenggelam.

Akan tetapi, teori ini terbantahkan oleh sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Witwatersrand di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa tidak seperti kebanyakan jenis mamalia darat lainnya, simpanse dan orangutan mampu berenang dengan gaya dada.

Disitat Softpedia, Jumat (16/8/2013), kedua spesies yang termasuk dalam kelompok primata itu mampu berenang layaknya manusia. Bahkan mereka tak hanya dapat berenang dengan gaya dada saja, tetapi juga bisa menyelam.

Hal ini membantah persepsi ilmuwan yang selama ini meyakini, kelompok primata sangat bergantung pada apapun yang bisa membantunya untuk melalui arus air yang mengalir. Seperti yang dapat disaksikan dalam video ini, seekor simpanse yang bernama Cooper tampak jago dan nyaman berenang serta menyelam di sebuah kolam renang di Missouri.

Tak hanya Cooper, orangutan di kebun binatang South Carolina, AS yang juga diamati bernama Surya pun menunjukkan perilaku yang sama. Para peneliti mengatakan kedua primata ini dapat berenang hingga 40 kaki atau sekira 12 meter pada satu waktu.

Dalam video yang diunggah ke YouTube pada Rabu 15 Agustus ini terlihat keduanya menggerakkan kaki mereka dengan cara yang menyerupai manusia. Cooper lebih memilih untuk menggerakkan kaki belakangnya secara serempak, sementara Surya menggerakannya secara alternatif.

Dengan penemuan ini, tim peneliti kembali menemukan fakta bahwa kedua spesies itu memiliki bawaan anatomi yang khas seperti manusia.

“Kami memang belum mengetahui apakah spesies keturunan nenek moyang manusia ini sejak kapan bisa berenang dan menyelam secara teratur. Masih banyak hal yang harus dieksplorasi lagi. Namun, yang pasti dengan mereka bisa merenang sudah menjawab teori yang selama ini diyakini banyak ilmuwan,” ungkap peneliti Renato dan Nicole Bender