Situs dibombardir iklan, pengunjung tidak tertarik (Foto: Telegraph)
ADELAIDE – Hampir semua industri yang bergerak di bidang situs website mengalami keadaan dilematis akibat meningkatnya mobilisasi pengguna komputer ke perangkat ponsel ataupun tablet. Banyak juga yang sedang berjuang mati-matian agar tidak terkena efek domino.
Lihat saja Google dan Facebook yang mengatakan sulit memutar uang dari iklan, kerena memasang iklan di layar yang lebih kecil adalah sebuah tantangan besar. Diperlukan strategi jitu untuk mempertahankan para pegiklan agar mau memasang iklannya dan mendorong pengguna untuk mengklik iklan tersebut.
Hal inilah yang menjadi pertimbangan bagi Twitter dan Instagram untuk membatasi konten iklan di situsnya. Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of South Australia (USA), Australia, mengemukakan bahwa iklan bermerek dalam mesin pencarian di internet tidak memiliki manfaat jangka pendek bagi pengguna.
Penelitian juga menyimpulkan bahwa apabila pengguna sudah merasa akrab dengan sebuah situs, mereka lebih pandai menghindari iklan. Tidak jarang, bahkan mereka seringkali merasa terganggu dengan bombardir iklan yang terus muncul. Demikian dilansir Telegraph, Sabtu (10/8/2013).
“Pengguna baru dan yang jarang berkunjung ke suatu situs, dapat dengan mudah dipengaruhi oleh iklan secara positif. Sementara, mereka yang menjadi pengguna setia situs tertentu akan memiliki sebuah mindset yang mendorong perilaku untuk tidak terpengaruh oleh pencarian berbayar,” ungkap Byron Sharp, Profesor Ilmu Pemasaran di USA.
Dengan banyaknya website yang didanai iklan, maka pengiklan akan menjejalkan kontennya yang digunakan situs untuk membayar kelangsungan hidupnya di perangkat seluler. Hal ini membuat bisnis website menjadi lebih sulit. (amr)
Lihat saja Google dan Facebook yang mengatakan sulit memutar uang dari iklan, kerena memasang iklan di layar yang lebih kecil adalah sebuah tantangan besar. Diperlukan strategi jitu untuk mempertahankan para pegiklan agar mau memasang iklannya dan mendorong pengguna untuk mengklik iklan tersebut.
Hal inilah yang menjadi pertimbangan bagi Twitter dan Instagram untuk membatasi konten iklan di situsnya. Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of South Australia (USA), Australia, mengemukakan bahwa iklan bermerek dalam mesin pencarian di internet tidak memiliki manfaat jangka pendek bagi pengguna.
Penelitian juga menyimpulkan bahwa apabila pengguna sudah merasa akrab dengan sebuah situs, mereka lebih pandai menghindari iklan. Tidak jarang, bahkan mereka seringkali merasa terganggu dengan bombardir iklan yang terus muncul. Demikian dilansir Telegraph, Sabtu (10/8/2013).
“Pengguna baru dan yang jarang berkunjung ke suatu situs, dapat dengan mudah dipengaruhi oleh iklan secara positif. Sementara, mereka yang menjadi pengguna setia situs tertentu akan memiliki sebuah mindset yang mendorong perilaku untuk tidak terpengaruh oleh pencarian berbayar,” ungkap Byron Sharp, Profesor Ilmu Pemasaran di USA.
Dengan banyaknya website yang didanai iklan, maka pengiklan akan menjejalkan kontennya yang digunakan situs untuk membayar kelangsungan hidupnya di perangkat seluler. Hal ini membuat bisnis website menjadi lebih sulit. (amr)
No comments:
Post a Comment