Peneliti dari Australian Institute of Marine Science menandai sejumlah hiu paus dengan satelit (Foto: Peter Verhoog)
CANBERRA - Perpindahan hiu puas yang merupakan salah satu spesies raksasa, sampai saat ini masih menjadi misteri bagi para ilmuwan. Karena itu, sekelompok peneliti dari Australian Institute of Marine Science menggunakan penanda satelit di sejumlah hiu paus untuk memecahkan misteri perjalanan tahunan spesies tersebut menggunakan Google Maps.
Dengan penanda satelit itu, para ilmuwan bisa memantau migrasi jarak jauh hiu paus dari utara-barat Astralia ke Asia. Satelit itu bisa membantu ilmuwan memantau hewan berbobot 30 ton ini bepergian hingga ratusan kilometer selama beberapa pekan.
Sebelumnya, para ilmuwan kelautan menandai hiu paus dengan menggunakan harpoon untuk membantu melacak perjalanan hewan itu di kedalaman hingga 3 ribu kaki. Selanjutnya, ilmuwan akan mengikuti pergerakan hiu paus menggunakan penanda satelit dan Google Maps.
"Penandaan satelit hiu paus telah menunjukkan bahwa hewan-hewan itu melakukan migrasi multi-tahunan dengan jarak yang sangat jauh," tutur fotografer bawah laut, Peter Verhoog, yang membantu proyek penelitian tersebut. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (11/8/2013).
Hius paus memang memiliki tubuh yang besar, tapi termasuk spesies raksasa yang lembut. Ketimbang berburu seperti ikan predator lainnya, hiu paus memakan plankton dan makhluk laut kecil lainnya.
Sayangnya, hiu paus merupakan spesies yang rentan dan jumlahnya diperkirakan semakin berkurang. Namun para ahli kelautan seperti Verhoog dan Mark Meekan dari Australian Institute of Marine Science, akan terus berjuang untuk mempelajari lebih lanjut tentang ikan terbesar di dunia ini dan mencegah kepunahannya.
Hiu paus memang menjadi incaran pemburu.Selain daging yang bisa dimakan, sirip hiu paus menjadi hidangan yang berharga dengan kisaran mencapai USD15 ribu per sirip. "Jumlah satu hiu bisa melebihi USD60 ribu,” ungkap Verhoog
Dengan penanda satelit itu, para ilmuwan bisa memantau migrasi jarak jauh hiu paus dari utara-barat Astralia ke Asia. Satelit itu bisa membantu ilmuwan memantau hewan berbobot 30 ton ini bepergian hingga ratusan kilometer selama beberapa pekan.
Sebelumnya, para ilmuwan kelautan menandai hiu paus dengan menggunakan harpoon untuk membantu melacak perjalanan hewan itu di kedalaman hingga 3 ribu kaki. Selanjutnya, ilmuwan akan mengikuti pergerakan hiu paus menggunakan penanda satelit dan Google Maps.
"Penandaan satelit hiu paus telah menunjukkan bahwa hewan-hewan itu melakukan migrasi multi-tahunan dengan jarak yang sangat jauh," tutur fotografer bawah laut, Peter Verhoog, yang membantu proyek penelitian tersebut. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (11/8/2013).
Hius paus memang memiliki tubuh yang besar, tapi termasuk spesies raksasa yang lembut. Ketimbang berburu seperti ikan predator lainnya, hiu paus memakan plankton dan makhluk laut kecil lainnya.
Sayangnya, hiu paus merupakan spesies yang rentan dan jumlahnya diperkirakan semakin berkurang. Namun para ahli kelautan seperti Verhoog dan Mark Meekan dari Australian Institute of Marine Science, akan terus berjuang untuk mempelajari lebih lanjut tentang ikan terbesar di dunia ini dan mencegah kepunahannya.
Hiu paus memang menjadi incaran pemburu.Selain daging yang bisa dimakan, sirip hiu paus menjadi hidangan yang berharga dengan kisaran mencapai USD15 ribu per sirip. "Jumlah satu hiu bisa melebihi USD60 ribu,” ungkap Verhoog
No comments:
Post a Comment